kimia untuk kehidupan yang lebih baik

Jumat, 04 Desember 2009

Karbon Aktif dari Kulit Singkong

Deby Jannati (16) dan Shona Mazia (17), siswa SMA Semesta Semarang, Jawa Tengah, membuktikan bahwa kulit singkong dapat dijadikan bahan karbon aktif. Karbon aktif itu mampu menyerap 99,98 persen kandungan tembaga dalam air limbah.


Deby dan Shona, yang mewakili Indonesia, meraih juara pertama dalam ajang Mostratec di Novo Hamburgo, Brasil, yang berlangsung pada 24-31 Oktober. Ajang itu diikuti siswa sekolah menengah atas dari 22 negara di Asia, Eropa, dan Amerika Latin. Ada 274 proyek siswa yang dipertandingkan.

”Biasanya karbon aktif dibuat dari batok kelapa. Ternyata, kulit singkong yang selama ini kurang dimanfaatkan juga mengandung karbon,” kata Shona.

Ia secara tidak sengaja mengetahui dari tugas sekolah temannya bahwa kulit singkong mengandung 59,31 persen karbon. Ia sering melihat karbon aktif digunakan untuk menjernihkan air di kamar mandi asrama sekolah.

”Saya pikir, kulit singkong juga bisa dibuat karbon aktif. Selain dapat meningkatkan nilai ekonomis kulit singkong, pembuatan karbon aktif dari kulit singkong lebih ramah lingkungan,” kata Shona.

Deby mengatakan, karbon aktif dari kulit singkong dibuat dengan mengeringkan kulit singkong, dilanjutkan pada alat semacam oven pada suhu 800 derajat celsius selama tiga jam. Hasilnya dihaluskan dan diaktivasi dengan larutan NaOH.

Setelah diuji dengan atomic absorption spectrophotometer, karbon aktif yang dihasilkan ternyata dapat menyerap 99,98 persen kandungan tembaga (Cu). Hasil uji laboratorium, sebanyak 20 mililiter limbah sintetis yang mengandung CuSO4 mampu dijernihkan dengan 2 gram karbon aktif kulit singkong dalam waktu 40 menit.

”Tidak hanya untuk penjernih air, karbon aktif juga digunakan untuk obat diare. Kami ingin ada yang melanjutkan penelitian ini supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan,” kata Shona. (UTI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar